Pelajarinfo.id – Seiring berjalannya waktu, manusia mengalami perubahan tingkah laku dan pola hidup dari zaman ke zaman. Hal tersebut terus berlanjut dari waktu ke waktu hingga pada akhirnya muncul revolusi industri. Revolusi industri dimulai dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada kisaran tahun 1750-1850. Batu bara digunakan secara masif sebagai bahan bakar kapal layar dengan mesin uap. Kemudian dunia kembali digetarkan dengan munculnya revolusi industri 2.0 yang terjadi pada sekitar abad 19-20.
Ditandai dengan penemuan energi listrik yang perlahan-lahan menggantikan mesin uap. Lalu revolusi industri 3.0 terjadi pada tahun 1970. Pada masa ini lah komputer mulai diciptakan dan diperkenalkan. Revolusi industri 4.0 yang baru terjadi pada tahun 2011 mengenalkan tentang pengembangan internet yang lebih luas.
Revolusi industri 4.0 sendiri telah mengekspansi dunia pendidikan di Indonesia. Ilmu dan informasi dapat mudah menyebar ke seluruh penjuru dunia bagi yang mengaksesnya. Bahkan bisa saja peran guru-guru di sekolah terancam akan tergantikan dengan teknologi yang akan muncul di masa depan. Teknologi yang akan menjadi ancaman tersebut adalah Artificial Intelligence (kecerdasan buatan).
Revolusi industri 4.0 akan menjadi tantangan terbesar bagi Para tenaga pengajar di Indonesia. Dalam World Economic Forum 2018, Jack Ma mengatakan Pendidikan menjadi tantangan yang berat untuk 30 tahun kedepan. Jika para guru tak memgembangkan kreativitas mengajarnya dalam jangka waktu tersebut, bukan tak mungkin mereka akan kehilangan mata pencahariannya.
Untuk menghadapi industri 4.0, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan literasi. Pemerintah pun telah mencanangkan gerakan literasi baru yang memfokuskan pada: literasi digital, literasi teknologi, dan literasi manusia. Keterampilan ini diharapkan bisa sangat berguna di masa depan.
Namun, apakah pendidikan di Indonesia sudah siap? Kali ini kita akan membahas kesempatan dan tantangan bagi pendidikan bangsa ini di masa industri 4.0.
Yang pertama kita singgung adalah masalah infrastruktur. Pemerataan pembangunan yang memadai tentu akan berpengaruh pada pemanfaatan teknologi.
Lalu tantangan lain dalam Industri 4.0 adalah keberlanjutan teknologi itu sendiri. Jangan sampai pengaplikasian teknologi hasil digitalisasi ini malah menjadi pikulan berat karena tidak digunakan secara optimal.
Revolusi industri 4.0 sebenarnya juga memiliki dampak negatif terlepas dari semua keunggulannya. Industri ini akan menghancurkan usaha konvensional dan permintaan terhadap tenaga kerja akan turun drastis, karena kemajuan teknologi itu sendiri. Oleh karena itu pemerintah harus mengambil langkah antisipatif yang akan berdampak buruk terhadap perekonomian.
Pada fase keempat revolusi industri ini, perkembangan IPTEK dengan pesat memberikan dampak yang sangat berpengaruh pada manusia. Pekerjaan manusia dapat lebih mudah dilakukan dengan hadirnya teknologi digital. Komunikasi menjadi lebih efisien karena adanya jangkauan koneksi ke seluruh dunia dengan sistem online.
Namun, perkembangan teknologi juga memberikan dampak negatif. Peran manusia secara perlahan mulai tergantikan dengan mesin. Akibatnya, jumlah pengangguran akan bertambah banyak pula. Hal tersebut seharusnya menjadi PR bagi kita semua.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan keuntungan dari revolusi industri 4.0, para pemangku kepentingan harus mempunyai skill literasi baru yang mumpuni.
Dalam menyambut serbuan revolusi industri 4.0 di bidang pendidikan, tak cukup hanya dengan pencerahan. Tapi juga harus ada bukti konkret dan usaha yang kuat untuk pemerintah dan kita sebagai rakyatnya dalam menyongsong era digitalisasi. Tantangan akan selalu datang dalam setiap perkembangan teknologi. Maka persiapkanlah diri kita agar tak tenggelam dalam ekspansi teknologi ini.
0 Comments