Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan Asia tenggara, yang notabene juga berisi negara-negara berkembang selain Singapura. Banyak faktor yang mempengaruhi majunya suatu negara adalah sumber daya manusia itu sendiri. Dan pendidikan merupakan perangkat utama dalam meningkatkam kualitas sumber daya manusia.
Namun jika kita membandingkan dengan negara maju/berkembang lainnya, ternyata Indonesia masih tertinggal jauh kualitas pendidikannya. Bahkan Belva Devara, CEO Ruang guru pernah mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia telah tertinggal 128 tahun lamanya dibanding dengan negara lain.
Hal tersebut seharusnya menjadi tamparan keras bagi kita semua. Pendidikan bukan hanya tanggungan pemerintah ataupun sekolah dan guru-gurunya, tetapi juga tanggungan bagi orang tua hingga para pelajar itu sendiri.
Tertinggalnya kualitas pendidikan di Indonesia sebenarnya juga sangat dipengaruhi oleh sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah-sekolah. Berikut adalah kekurangan dalam sistem kurikulum yang ada di Indonesia:
Terlalu Mengedepankan Nilai
Para siswa dituntut untuk mendapatkan nilai sebanyak-banyaknya dan setinggi-tingginya, sehingga tak sedikit dari mereka yang merasa tertekan karena hal itu. Padahal seharusnya kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi siswa, bukan malah menjadi momok menakutkan. Pada
akhirnya, para siswa akan belajar dengan terpaksa dan tidak sepenuh hati. Semua itu tak lepas karena standarisasi sekolah yang mewajibkan nilai yang tinggi agar bisa lulus.
Lebih Suka Menghukum daripada Mengoreksi
Banyak sekali ditemukan bahwa guru-guru sering menghukum muridnya yang berbuat salah. Dari hukuman yang dirasa dapat mempermalukan si murid itu ataupun dengan memberikan tugas yang sangat banyak. Hingga akhirnya rasa kesal dan benci muncul di dalam benak murid-murid yang pernah dihukumnya, dan bahkan ada juga yang takut pada guru tersebut. Padahal guru harusnya dihormati, bukan untuk ditakuti.
Hal itu sebenarnya tak sepenuhnya salah, mengingat karena memang murid tersebut tidak menaati peraturan. Dan mungkin juga untuk memberikan efek jera pada mereka. Tapi apakah dengan menghukumnya akan membuat orang yang dihukum itu menjadi lebih baik? Saya rasa tidak. Bukannya mengoreksi kesalahan itu lebih baik? Seharusnya bimbingan konseling di sekolah bisa menyadarkan dan memberikan solusi atau menjadi tempat konsultasi bagi murid-muridnya.
Adanya Sistem Kelas Unggulan
Mungkin jika kita bersekolah di luar negeri, kita akan bertemu teman-teman dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda di kelas. Hal itu jelas karena memang tidak ada sistem kelas unggulan di sekolah itu.
Berbeda dengan di Indonesia, dalam satu kelas bisa isinya pintar semua dan satu kelasnya lagi isinya ada yang kurang pintar semua.
Lalu sebenarnya apa saja perbedaan yang menonjol dari pendidikan kita dengan pendidikan di negara lain? Lihat fakta berikut:
Jam Belajar yang Lebih Lama
Jika di luar negeri jam belajar lebih singkat dan lebih mengedepankan praktek daripada teori, berbeda dengan Indonesia yang sebaliknya. Kita ambil contoh di FInlandia yang hanya belajar 5 jam dalam sehari, dan sisanya digunakan untuk mengembangkan bakat siswanya masing-masing. Namun jika di Indonesia, kita dituntut untuk masuk jam 6.30 dan pulang jam 15.00. Belum jika ada kegiatan lain yang bisa menghabiskan waktu hingga malam.
Adanya Masa Orientasi Sekolah (MOS)
MOS di Indonesia kebanyakan sering mempermalukan calon-calon murid baru oleh para seniornya. Sangat berbanding terbalik dengan negara lain, misalnya Jepang. Disana murid baru akan diajak berkeliling sekolah agar bisa mengenal sekolah mereka lebih jauh. Mereka juga diajak dalam seminar-seminar kegiatan positif.
Terlalu Mementingkan Hasil Akhir
Di Indonesia, hasil ujian yang kita dapat akan menentukan pandangan kita sebagai orang pintar atau bukan, tak peduli bagaimana mereka mengerjakannya. Jika kita lihat dari negara maju seperti Australia, proses lebih diutamakan. Karena bagi mereka kejujuran diatas segalanya.
0 Comments