Pelajarinfo.id – Setiap manusia memiliki potensi yang berbeda-beda antara satu dengan manusia lainnya dan otak erat kaitannya dengan potensi yang dimiliki semua makhluk hidup. Namun ternyata jika ditelusuri fungsi otak tidak sekedar untuk memberi perintah saja tapi juga meliputi hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari seperti belajar misalnya.
Saat masih berada dalam kandungan, belajar memang sudah mulai dilakukan, sebagai contoh apabila ibu hamil memperdengarkannya dengan banyak suara atau sekedar mengobrol maka respon janin akan menendang perut si ibu sebagai konfirmasi bahwa si janin juga mendengar suara di sekitarnya. Ketika beranjak dewasa momen belajar dirasa tidak semudah ketika saat kecil dulu, dimana saat kecil kita dengan mudah dapat menyerap segala informasi dan pelajaran, mengapa demikian? Itu karena ada asumsi bahwa orang dewasa cara belajarnya lebih mandiri sehingga berbeda dengan anak-anak. Asumsi yang demikian dinamakan terminologi andragogi yang merupakan proses belajar orang dewasa yang berbeda dengan pedagogi atau sistem belajar saatanak-anak.
Dalam belajar atau menuntut ilmu, kita juga sering mendengar pepatah lama ‘Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri Cina’, tapi pernahkah terpikir kenapa harus Cina? Memangnya ada apa di sana? Semodern apa di sana? Bangsa Cina memang telah lama dikenal sebagai bangsa dengan peradaban tertinggi sejak berabad-abad lalu, ketika itu bangsa Cina telah menguasai beberapa ilmu pengetahuan seperti ilmu ketabiban, pembuatan bubuk mesiu, perdagangan hingga peradaban. Bangsa Cina juga dikenal sebagai saudagar kaya nan masyhur karena kepiawaiannya dalam berniaga. Maka tidak salah jika Cina lekat dengan rasa modern kala itu, meski kini jaman telah berubah dan Eropa yang menjadi Negara paling maju.
Memperoleh pendidikan adalah hak setiap anak bangsa juga setiap Negara memiliki sistem pendidikan yang berbeda-beda. Siapa yang tak kenal Finlandia? Negara yang terkenal bersih berkat kemajuan teknologinya ini, menjadi Negara yang paling baik dalam sistem pendidikannya lantaran Finlandia percaya apabila biaya pendidikan murah atau bahkan gratis, dapat menciptakan masyarakatnya menjadi lebih maju dalam membangun negaranya. Namun tampaknya walau Indonesia telah ditahbiskan oleh majalah Forbes sebagai macan asia tenggara, ternyata masih belum mampu untuk menciptakan sumberdaya manusia pilihan dengan menggratiskan biaya pendidikan dari tingkat sekolah menengah hingga menengah atas akibat belum meratanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang seharusnya jadi pilar utama pembiayaan pendidikan. Sehingga pada akhirnya biaya sekolah tetap tak ramah dikantong.
Dari 174 negara di dunia, Indonesia berada diurutan ke-109 pada tahun 1999 yang menyebutkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia terus menurun.
Masalah tidak berhenti disitu saja, penerapan sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) juga dianggap tidak merata dalam distribusi siswa di sejumlah sekolah. Saat satu sekolah kelebihan murid, disaat yang sama di sekolah lain justru kekurangan peserta didiknya. Masalah ini harus diatasi segera dengan cara membangun sekolah dan segala infrastruktur yang mendukung kualitas pendidikan. Kebijakan zonasi ini telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy sejaktahun
2016 dengan tujuan memberikan akses kesetaraan dan berkeadilan kepada peserta didik. Namun pada kenyataannya masih menimbulkan kesalahpahaman ditengah masyarakat.
Sistem zonasi memang harus segera dibenahi oleh pemerintah, tak hanya berfokus pada rombongan belajar alias peserta didik saja, tapi juga penempatan guru juga harus diikutsertakan dalam skema besar sistem zonasi. Jika penerapan sistem zonasi berjalan baik, para pengajar dengan kualitas baik dapat disebar dan ditempatkan ke berbagai sekolah. Dengan kata lain perubahan ini dapat meningkatkanmutu pendidikan sekaligus kualitas belajar mengajar di berbagaisekolah.
0 Comments