Kisah Kartini Mendirikan Sekolah Khusus Perempuan – Hari Kartini selalu dikaitkan dengan emansipasi wanita. Menurut KBBI, emansipasi adalah proses pembebasan diri dari perbudakan. Secara sederhana, emansipasi wanita berarti kesetaraan antara wanita dan pria dalam memenuhi hak-haknya sebagai warga negara.
Langkah ini diambil dengan dukungan suaminya. Dari cerita yang dikisahkan, RA Kartini memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikannya di Belanda. Di penghujung usianya, cita-cita Kartini menjadi kenyataan.
Setelah lulus dari sekolahnya, Kartini mengalami tradisi Jawa yang disebut “pingitan” yang mengakibatkan aktivitas Kartini menjadi terbatas dan harus menunggu hingga menikah. Karena itu, Kartini menerima pinangan yang telah diatur oleh ayahnya untuk menghindari isolasi karena tradisi. Suaminya adalah Raden Adipati Joyodiningrat.
Karena semangat, semangat, dan dukungan suaminya, Kartini akhirnya berhasil mendirikan sekolah khusus perempuan Jawa. Sekolah itu dinamai menurut namanya, sekolah Kartini.Sekolah Kartini pertama kali dibuka di Batavia (yang sekarang kita kenal sebagai Jakarta) pada tahun 1907. Belakangan, Sekolah Kartini dibuka di Malang , Cirebon , Semarang , Bogor , dan Surabaya .
Kartini membuka sekolah dasar Indonesia pertama untuk anak perempuan Jawa. Awalnya, Sekolah Kartini hanya diperuntukkan bagi golongan bangsawan dan semua gurunya adalah wanita Belanda dengan masa belajar dua tahun. Seiring perkembangannya Sekolah dibuka untuk semua orang, terlepas dari status sosial mereka, dan mengadopsi kurikulum Barat yang progresif.
Berikut ulasan tentang Kisah Kartini Mendirikan Sekolah Khusus Perempuan yang harus anda ketahui
Kisah Kartini Mendirikan Sekolah Khusus Perempuan
Dilansir dari buku Sisi Lain Kartini yang diterbitkan dalam Pameran Temporer Sisi Lain Kartini oleh Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, berikut kisah perjuangan Raden Ayu di bidang pendidikan.
Surat sahabat pena untuk pendirian sekolah
Kartini memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikannya di Belanda. Tekadnya merupakan bentuk kemajuan pemikiran sekaligus api semangatnya untuk melepaskan diri dari belenggu tradisi yang menahan kaum perempuan saat itu.
Bacaan Kartini didapat dari salah satu temannya, Rosa Abendanon. Dari kegiatan korespondensi dan asupan referensi bacaan, lahirlah semangat perubahan dan berpikir maju ala perempuan Eropa dari Kartini.
Kartini terang-terangan menyatakan cita-cita dirinya dan beberapa temannya yang dijagokan menjadi pelopor dan cahaya kesadaran bagi bangsanya.
Pada 8 Agustus 1900, harapan mulai muncul; JH Abendanon yang saat itu menjabat sebagai Direktur Dinas Pendidikan, Kerajinan dan Agama berkunjung ke Kabupaten Jepara. Kedatangannya bertujuan untuk mensosialisasikan rencana pendirian kostschool (pesantren) bagi putri bangsawan.
Namun, hal itu ditolak mayoritas bupati. Mereka menggunakan alasan tradisional yang melarang anak perempuan dididik di luar rumah.
Berniat menyebarkan pesan feminisnya, dengan persetujuan suami barunya, Kartini segera merencanakan untuk memulai sekolahnya sendiri untuk gadis-gadis Jawa.
Untuk itu, Kartini secara teratur berkorespondensi dengan feminis Stella Zeehandelaar serta sejumlah pejabat Belanda yang berwenang untuk memajukan emansipasi wanita Jawa dari hukum dan tradisi yang menindas.
Dengan adanya Kartini, emansipasi wanita dan kesetaraan gender bisa dilakukan. Hingga saat ini hasil kerja keras yang dilakukan oleh Kartini diperingati setiap tanggal 21 April sebagai hari Kartini dan akan selalu terus diperingati oleh semua orang.
Saat ini anak-anak perempuan tidak kesulitan lagi untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin. mereka masih bisa menggapai karir mereka dengan tidak meninggalkan kodratnya sebagai seorang wanita.
Demikian artikel tentang Kisah Kartini Mendirikan Sekolah Khusus Perempuan, semoga bermanfaat.
Terus update tentang Keilmuan dan informasi pelajar dengan memfollow @pelajarinfo.id
0 Comments